Sekedar informasi... meski cuma pernah ke Gunung Arjuno sekali dan itu pun sampe pos 2 tapi udah cukup bangga lah Jberikut sedikit informasi yang bisa saya berikan, informasi berikut saya ambil dari https://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Arjuno
Gunung Arjuno (terkadang dieja Gunung Arjuna) adalah sebuah gunung berapi kerucut (istirahat) di Jawa Timur, Indonesia dengan ketinggian 3.339 m dpl. Gunung Arjuno secara administratif terletak di perbatasan Kota Batu, Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, dan Kabupaten Mojokerto dan berada di bawah pengelolaan Taman Hutan Raya Raden Soerjo. Gunung Arjuno merupakan gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur setelah Gunung Semeru dan Gunung Raung, serta menjadi yang tertinggi kelima di Pulau Jawa. Biasanya gunung ini dicapai dari tiga titik pendakian yang cukup dikenal yaitu dari Lawang, Tretes dan Batu. Nama Arjuno berasal dari salah satu tokoh pewayangan Mahabharata, Arjuna.
Gunung Arjuno merupakan salah satu tujuan pendakian. Di samping tingginya yang telah mencapai lebih dari 3000 meter, di gunung ini terdapat beberapa objek wisata. Salah satunya adalah objek wisata air terjunKakek Bodo yang juga merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak Gunung Arjuno. Meskipun selain objek wisata air terjun Kakek Bodo terdapat pula air terjun lain, tetapi para wisatawan jarang yang mendatangi air terjun lainnya, mungkin karena letak dan sarana wisatanya kurang mendukung. Di kawasan lerengnya juga terdapat mata air Sungai Brantas yang berasal dari simpanan air Gunung Arjuno. Mata air Sungai Brantas terletak di Desa Sumber Brantas, Bumiaji, Kota Batu yang merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Sungai Bengawan Solo. Beberapa destinasi wisata yang terkenal hingga ke seluruh Indonesia maupun luar negeri juga terletak di lereng Gunung Arjuno, di antaranya adalah Tretes, Kota Wisata Batu, dan Taman Safari Indonesia 2.
Gunung Arjuno dapat didaki dan berbagai arah, arah Utara (Tretes) melalui Gunung Welirang, dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta), dan arah selatan (Karangploso), juga dari Sumberawan, Singosari. Desa Sumberawan adalah desa pusat kerajinan tangan di kecamatan Singosari, Kabupaten Malang dan merupakan desa terakhir untuk mempersiapkan diri sebelum memulai pendakian. Bisa juga melewati Purwosari yang lebih gampang dilewati, karena hanya setengah jam dari jalan raya dan langsung sampai di Tambakwatu.
Akan tetapi,
konon untuk mendaki Gunung
Arjuno tersebut harus berhati - hati, karena menurut cerita masyarakat setempat,
banyak pendaki yang tersesat dan tidak bisa pulang kembali. Dan berikut ini 5
misteri di Gunung Arjuno.
1. Petilasan
Di Gunung Arjuno terdapat banyak situs - situs petilasan peninggalan Kerajaan Majapahit dan Singasari. Beberapa petilasan tersebut yaitu, petilasan Eyang Antaboga, Eyang Abiyasa, Ayang Sekutrem, Eyang Sakri, Eyang Semar, Eyang Sri Makutharama dan petilasan Sepilar.
1. Petilasan
Di Gunung Arjuno terdapat banyak situs - situs petilasan peninggalan Kerajaan Majapahit dan Singasari. Beberapa petilasan tersebut yaitu, petilasan Eyang Antaboga, Eyang Abiyasa, Ayang Sekutrem, Eyang Sakri, Eyang Semar, Eyang Sri Makutharama dan petilasan Sepilar.
Namun menurut mitos yang beredar, petilasan - petilasan tersebut dijaga oleh Bambang Wisanggeni yang merupakan anak dari Arjuna dengan Bathari Dresanala. Petilasan - petilasan tersebut digunakan orang zaman dahulu untuk melakukan pertapaan.
Masyarakat percaya, orang yang melakukan pertapaan tersebut muksa ( menghilang dengan jasadnya ). Orang - orang muksa tersebut dipercaya masih berada di tempat tersebut dan menjaga tempat tersebut hingga waktu yang tidak diketahui.
2. Alas Lali Jiwo
Sebelum mencapai puncak Gunung Arjuno, terdapat tempat yang disebut oleh masyarakat sebagai Alas Lali Jiwo atau berarti hutan lupa diri. Menurut kepercayaan setempat, orang yang mempunyai niat jahat, jika melewati daerah tersebut akan tersesat dan lupa diri.
Menurut ahli spiritual, daerah tersebut memang banyak dihuni oleh para jin. Para pendaki kadang mendengar suara gamelan dan kemudian menghilang. Konon pendaki tersebut dibawa untuk dikawinkan dengan bangsa jin daerah tersebut.
Menurut mitos, para pendaki juga tidak boleh melanggar beberapa larangan, seperti pendaki tidak boleh berjumlah ganjil, tidak boleh memakai baju merah ( warna merah dominan ), dan tidak merusak situs - situs petilasan Kerajaan Majapahit yang tersebar di area pendakian Gunung Arjuna tersebut.
3. Arjuna
Konon, Arjuna pernah melakukan pertapaan di sebuah gunung dengan sangat khusyuk selama berbulan - bulan. Kemudian tubuhnya mengeluarkan sinar dan memiliki kekuatan yang luar biasa, hingga membuat Kahyangan kacau.
Kawah
Condrodimuko menyemburkan laharnya, Bumi berguncang, petir menggelegar di siang hari,
hujan turun dan menimbulkan banjir, dan gunung tempat Arjuna bertapa
terangkat ke langit. Para Dewa yang khawatir, maka melakukan tindakan untuk
menghentikan pertapaan dari Arjuna tersebut.
Kemudian Batara Ismaya diturunkan ke Bumi dengan menjelma menjadi Semar. Dengan kesaktiannya, Semar memotong puncak gunung tempat Arjuna bertapa dan melemparkannya ke tempat lain. Kemudian Arjuna terbangun dari pertapaannya dan mendapat nasehat dari Semar untuk tidak melakukan pertapaan lagi. Kemudian tempat pertapaan tersebut disebut Gunung Arjuna, dan potongannya diberi nama Gunung Wukir.
4. Pasar Dieng
Di wilayah pendakian menuju puncak Gunung Arjuno, dipercaya terdapat Pasar Dieng atau biasa disebut pasar hantu. Di areal Pasar Dieng tersebut terdapat makam para pendaki yang pernah meninggal di tempat tersebut. Wilayahnya yang datar dan luas merupakan areal yang cocok dijadikan sebuah pasar.
Kemudian Batara Ismaya diturunkan ke Bumi dengan menjelma menjadi Semar. Dengan kesaktiannya, Semar memotong puncak gunung tempat Arjuna bertapa dan melemparkannya ke tempat lain. Kemudian Arjuna terbangun dari pertapaannya dan mendapat nasehat dari Semar untuk tidak melakukan pertapaan lagi. Kemudian tempat pertapaan tersebut disebut Gunung Arjuna, dan potongannya diberi nama Gunung Wukir.
4. Pasar Dieng
Di wilayah pendakian menuju puncak Gunung Arjuno, dipercaya terdapat Pasar Dieng atau biasa disebut pasar hantu. Di areal Pasar Dieng tersebut terdapat makam para pendaki yang pernah meninggal di tempat tersebut. Wilayahnya yang datar dan luas merupakan areal yang cocok dijadikan sebuah pasar.
Konon, pernah ada pendaki yang membuka tenda di wilayah Pasar Dieng tersebut untuk bermalam sebelum menuju puncak. Pada malam hari, ia dikejutkan dengan suasana ramai di luar tendanya, dan ia melihat sebuah pasar yang sangat ramai.
Pendaki tersebut dikabarkan berkeliling pasar dan membeli sebuah jaket. Kemudian ia kembali ke tenda, dan besok pagi ketika ia bangun; wilayah sekitar tendanya sepi tidak ada orang satu pun dan tidak ada bekas - bekas pasar. Jaket yang dibelinya masih ada, namun uang kembalian yang diberikan oleh pedagang pasar tersebut berubah menjadi daun.
5. Acara Ngundhuh Mantu
Cerita mistis di Gunung Arjuna memang kerap terdengar dan sudah menjadi bahan pembicaraan masyarakat sekitar, seperti tentang adanya lantunan musik Ngundhuh Mantu. Para pendaki atau penambang belerang kadang mendengar Ngundhuh Mantu, yaitu suara gamelan Jawa untuk acara pernikahan. Menurut masyarakat, jika mendengar Ngundhuh Mantu maka lebih baik tidak meneruskan pendakian ke puncak Gunung Arjuna tersebut; karena jika memaksa meneruskan pendakian maka si pendaki biasanya akan tersesat dan hilang.
Sekian informasi yang bisa saya sampaikan,semoga bermanfaat J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar